[BAHAS BUKU #2] • A Christmas Carol (Lagu Natal) - Charles Dickens

"Aku akan hidup di Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan. Roh dari ketiganya akan berjuang dalam diriku. Aku tidak akan melupakan pelajaran yang mereka ajarkan."




Judul : Lagu Natal (A Christmas Carol)
Pengarang : Charles Dickens
Penerjemah : B. Sendra Tanuwidjaja
Penerbit : Kakatua
Halaman : xvi + 126 



Ini sebenarnya bacaan iseng-iseng aja sih, soalnya gue bingung banget mau baca buku apa. Entah kenapa, tiap kali gue berhasil menamatkan buku yang tebal, pasti berikutnya gue bingung mau baca buku apa. Kalian ada yang pernah merasakan hal yang sama nggak sih?

 Karena bingung, lama gue mencari-cari bacaan yang sekiranya bakal menumbuhkan nafsu membaca gue lagi. Kalau udah bingung, ya begitu, pasti minat baca tiba-tiba berkurang. Akhirnya, gue putuskan aja buat baca buku yang tipis dan ringan. Mumpung Penerbit Kakatua lagi diskon, gas lah gue beli buku ini (tapi versi E-Book, sih).

 Nah, rupanya, buku ini nggak seringan yang ada di ekspetasi gue. Entah karena terjemahannya yang buruk atau memang aslinya begitu, sampai pas udah diterjemahkan tetap aja bikin bingung yang baca. Ada beberapa bagian yang perlu gue baca berulang-ulang biar paham. Alhasil, minat baca gue tiba-tiba tenggelam, sampai-sampai buku setipis ini perlu waktu dua hari bagi gue buat menamatkannya.

Udahan dulu curhatnya, mari kita bahas bukunya.

A Christmas Carol sendiri adalah salah satu novela Charles Dickens yang paling terkenal. Yang belum pernah baca bukunya pun banyak yang udah familiar sama ceritanya, karena ceritanya sendiri udah sering diadaptasi ke dalam film, komik, animasi, dan lain-lain. Pas masih kecil, gue pernah nonton film Barbie A Christmas Carol. Pas udah gede baru tau kalau ternyata filmnya diadaptasi dari buku ini.

Ebenezer Scrooge adalah seorang pria tua yang kikir dan pemarah. Pada suatu malam di hari Natal, dia didatangi oleh arwah temannya—Jacob Marley—yang udah meninggal. Arwahnya Marley dililit sama rantai, dan dia dikutuk untuk luntang-lantung di dunia dengan rantai itu. Marley memperingatkan Scrooge kalau dia tetap jadi orang yang pelit, pas udah meninggal nanti, dia bakal bernasib sama kayak dirinya. Marley juga memberitahu Scrooge kalau dia bakal didatangin oleh roh dari Masa Lalu, Masa Sekarang, dan Masa Depan di malam-malam berikutnya.

 Selama tiga malam itu, Scrooge didatangi oleh tiga arwah itu tepat saat tengah malam. Bersama mereka, Scrooge melihat bayangan masa lalunya saat ia masih seorang pemuda yang ceria, masa kininya sebagai pria tua yang nggak disukai banyak orang, dan saat ia sudah meninggal dan nggak ada satu pun orang yang mengingat hal-hal baik tentang dirinya.

Perasaan gue terhadap buku ini 50-50 antara suka dan nggak suka. Yang gue suka adalah penggambaran rohnya yang unik. Roh Masa Lalu digambarkan sebagai orang tua yang mungil, Roh Masa Kini sebagai pria yang bertubuh sangat besar, dan Roh Masa Depan yang menyeramkan dan misterius. Setiap roh benar-benar merepresentasikan setiap masa. Selain itu, pada Roh Masa Kini, ada tersembunyi dua anak manusia di balik jubahnya, yang disebut: Ketidaktahuan dan Keinginan. Roh Masa Kini memperingatkan Scrooge akan dua hal itu, serta menyebutnya sebagai dua hal yang berbahaya. Roh Masa Kini membawa pesan bagi Scrooge—dan juga kita selaku pembaca—untuk berhati-hati pada setiap tindakan kita, karena kita nggak benar-benar tahu apa yang akan terjadi ke depan sebagai konsekuensi dari tindakan kita. Menurut analisis abal-abal gue, Keinginan yang dimaksud di sini adalah keserakahan. Keserakahan hanya akan membawa derita pada diri kita sendiri dan orang lain, karena itulah dikatakan berbahaya oleh Sang Roh. Tapi ini cuma analisis abal-abal gue loh ya. Haha. Sedangkan Roh Masa Depan digambarkan sangat misterius dan menyeramkan, karena mewakili pandangan kita sendiri terhadap masa depan, sebagai sesuatu yang sulit ditebak sehingga seringkali kita menganggap masa depan itu sangat menakutkan.

 Yang nggak gue suka ya… narasinya yang bikin pusing. Biasanya, terjemahan  Penerbit  Kakatua itu bagus dan mudah dimengerti loh. Tetapi, bisa jadi ini salah satu terjemahan Kakatua yang memang nggak memuaskan. Gue juga merasa nggak puas sama terjemahan Kakatua untuk novel Botchan karya Natsume Souseki. Bisa jadi juga, bukan terjemahannya yang jelek, tapi aslinya memang begitu. Entahlah mana yang benar. Kemampuan Bahasa Inggris gue juga nggak bagus dan ga bisa diandalkan buat ngecek ke naskah aslinya.

Terlepas dari narasinya yang mengecewakan, alur ceritanya sendiri bagus. Karakter-karakternya pun juga memorable. Jadi, rating gue untuk buku ini :

⭐ - 3,5/5 

Komentar

Postingan Populer