[BAHAS BUKU #1] • L'Assommoir (Rumah Minum) - Émile Zola
Bulan Maret udah mau habis. Di hari terakhir di bulan ini, gue mau sharing tentang salah satu best read sekaligus buku tertebal gue di bulan Maret ini: L'Assommoir karya Emile Zola.
Awalnya sih, gue mau baca buku karya Bapak Zola yang lain, yaitu Nana. Cuma, pas liat sinopsisnya, gue baru tau kalo Nana itu karakter yang muncul di novel ini. Baik L'Assommoir maupun Nana adalah bagian dari Seri Les Rougon-Macquart. L'Assommoir adalah buku ketujuh di serial ini. Gue mutusin buat baca buku ini dulu sebelum baca yang Nana, biar gue tahu sedikit tentang asal-usulnya tuh karakter, biar nggak bingung pas baca novelnya.
Jadi, novel ini mengangkat cerita mengenai kelas pekerja miskin di pemukiman kumuh Prancis di abad ke-19, dan yang paling disorot dari novel ini yaitu adiksi alkohol yang sering menjadi permasalahan di kehidupan para pekerja miskin di zaman itu.
Sinopsis:
Gervaise dan pacarnya, Lantier memutuskan untuk pindah ke Paris demi mengadu nasib, Sayangnya, karena gaya hidup Lantier yang boros, hidup mereka terjun ke jurang kemiskinan dalam seketika. Di tengah keadaan sulit itu, Lantier ini malah berulah. Dia selingkuh, dan dengan tega meninggalkan Gervaise sendirian sama dua anaknya.
Setelah ditinggal Lantier, Gervaise bertekad untuk hidup mandiri dan bekerja keras demi membesarkan dua anaknya. Pas Gervaise lagi enjoy ngejalanin hidupnya, tiba-tiba Coupeau—teman sekaligus tetangga Gervaise—ngaku cinta mati sama perempuan itu. Dia bahkan berkali-kali ngelamar Gervaise. Awalnya sih, Gervaise menolak. Tetapi, karena luluh, dia pun akhirnya setuju.
Pada awalnya, Coupeau itu pria yang pekerja keras dan family man banget. Tetapi, tiba-tiba aja dia berubah setelah mengalami kecelakaan di tempat kerjanya. Kakinya cidera, dan dia jadi susah mau ngapa-ngapain. Lama-kelamaan, dia jadi depresi dan mulai hidup malas-malasan. Coupeau pernah bilang kalau dia anti mabuk-mabukkan karena berkaca dari pengalaman bapaknya yang meninggal karena kebanyakan kobam. Tetapi nih, pas dia nggak kerja, dia diajak temannya buat minum-minum dan akhirnya malah kecanduan.
Singkat cerita, Gervaise buka usaha laundry yang cukup sukses. Penghasilannya cukup buat menopang hidup anak-anaknya dan juga suaminya yang sekarang jadi pengangguran. Kemudian, Lantier datang lagi. Kedatangannya justru disambut hangat sama Coupeau. Bahkan, Lantier diizinkan buat tinggal bareng mereka.
Lantier yang udah macam benalu ini mulai menggerogoti kedamaian keluarga Gervaise dan Coupeau. Dia bikin kecanduan alkohol Coupeau makin parah. Gervaise pun juga kena getahnya. Akhirnya, keluarga itu pun jatuh ke lubang kesengsaraan yang mengerikan.
Review:
Novel ini beraliran realisme dan memuat deskripsi yang panjang dan detil, sehingga berpotensi membuat orang yang nggak terbiasa bakal bosan. Tetapi, karena deskripsinya yang detil itu, kita jadi bisa dengan jelas merasakan hidup di pemukiman kumuh Paris bareng Gervaise dan Coupeau. Mulai dari suasananya yang sumpek, gerah, dan jorok yang bikin sedikit nggak nyaman; sampai para penghuninya yang rese yang bikin kita naik darah; semuanya terasa begitu hidup di dalam narasinya. Kita seolah melihat dengan mata kepala sendiri, realita sisi gelap Paris yang tersembunyi balik kemewahannya.
Alur di novel ini memang sangat lambat, karena lebih menekankan detail-detail dalam narasinya daripada pergerakan plotnya sendiri; sehingga di beberapa bagian, narasinya terasa bertele-tele. Meski begitu, gaya penceritaannya ini justru membuat kita lebih memahami bagaimana kehidupan masyarakat yang diceritakan di dalam novel ini.
Ada banyak topik yang dibahas di dalam novel L'Assommoir; dan yang paling utama adalah kehidupan menyedihkan kelas pekerja miskin yang harus bekerja keras sampai mempertaruhkan nyawa demi memperoleh upah yang nggak seberapa. Saat Coupeau cedera karena jatuh dari atap pas bekerja, dia mulai merenungkan hidupnya: Kok rasanya nggak adil ya, aku harus kerja mati-matian, sampe hampir meregang nyawa, tapi hidup tetap begini-begini aja? Enak banget orang-orang kaya itu yang kerjanya nggak berat, tapi bisa hidup enak! Saat Coupeau cedera dan nggak bisa kerja, dia udah pasti nggak dapat duit, dan akhirnya, duit tabungannya habis cuma buat biaya pengobatannya. Kaum kelas pekerja harus bekerja tanpa ada jaminan keamanan dan kesehatan yang layak, sehingga saat mereka cedera atau (amit-amit) meninggal, putuslah sudah sumber penghasilan! Meski udah nabung, duit itu bakal lenyap lagi buat biaya pengobatan atau pemakaman.
Nggak cuma soal keamanan yang nggak layak, para pekerja ini juga harus merelakan pekerjaan mereka mulai digantikan sama mesin. Para kaum pekerja harus ngeluarin energi dan menghabiskan banyak waktu untuk menciptakan barang dengan kualitas dan kuantitas yang nggak seberapa, tetapi mesin-mesin itu bisa menghasilkan barang dengan mutu dan kualitas yang lebih baik dalam waktu yang singkat. Sayangnya, para pekerja ini adalah korban kemiskinan struktural yang nggak berpendidikan dan cuma bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar. Mesin-mesin itu bikin tenaga dan jasa mereka nggak begitu diperlukan. Mereka harus rela gajinya dipotong, atau yang lebih parah lagi, dipecat.
“Mesin itu sudah pasti akan mengalahkan kami! Tapi mungkin suatu hari mesin juga akan membawa kebahagiaan bagi semua orang.” (Hal. 257).
Salah satu hiburan mereka adalah minuman keras yang dibeli di bar-bar murahan. Bagi mereka, minuman keras bisa meringankan beban pikiran dan mengganjal perut kalau merasa lapar. Malangnya, mereka ini justru jadi kecanduan. Gaji mereka dihabiskan untuk membeli minuman keras, sampai-sampai anak istri di rumah terlupakan. Baru dapet gaji, eh udah habis aja uangnya buat kobam sebelum sempat ditabung. Mereka terjebak di lingkaran setan, sehingga mustahil bagi mereka untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Selain bikin perekonomian jadi K.O., minuman keras juga bikin otak mereka jadi miring. Mereka jadi nggak bisa menahan emosi. Pas mabuk, mereka bisa aja menghajar orang sembarangan. Biasanya istri dan anak sendiri yang menjadi korban. Salah satu bagian di novel L'Assommoir yang bikin aku miris adalah kisah keluarga Pere Bazouge, si tukang kubur yang tiap hari kerjaan mabuk-mabukkan. Kalau udah mabuk, si Bazouge ini bakal menyiksa istrinya. Setiap hari istrinya dipukul dan ditentang. Sampai akhirnya, istrinya itu pun meninggal. Setelah istrinya meninggal, dia mulai menyiksa anaknya, sampai anaknya itu pun bernasib sama kayak ibunya. Ini part yang paling bikin ngeri sekaligus miris bagi gue. Cara Bazouge menyiksa istri dan anaknya diceritakan cukup detail. Jadi, buat kalian yang mau baca, sebaiknya pertimbangkan lagi karena part ini cukup triggering.
[Warning Spoiler] Di keluarga Gervaise sendiri, keadaannya juga sama mengenaskan. Coupeau terus-menerus mabuk-mabukan, sampai-sampai uang simpanan mereka habis. Usaha laundry punya Gervaise pun perlahan-lahan bangkrut. Akibat suaminya yang jadi nyebelin, Gervaise frustasi, dan dia pun juga mulai ketularan suaminya. Rasa frustasinya bikin dia malas bekerja. Toh, uangnya juga nanti habis lagi. Pas dia nyusul suaminya ke rumah minum, dia malah kena rayu buat ikut mabuk-mabukan. Pada akhirnya, hidup keduanya semakin mengenaskan. Saking nggak punya uang lagi, Gervaise sampai rela melakukan apa saja demi mendapatkan makanan. Entah itu makan makanan yang udah busuk, sampai rela melacur demi mendapat uang. Alkohol menjadi malaikat pencabut nyawa bagi pasangan suami-istri itu.
“Apa yang pantas dan tidak pantas sudah campur aduk di dalam otaknya; orang kelaparan tidak memperdebatkan filsafat, tetapi memakan saja apa yang ada.” (Hal. 607)
Salah satu karakter kesukaan gue dari novel ini adalah Monsieur Goujet. Menurut gue, dia ini karakter yang paling waras daripada karakter-karakter lain. Udah gitu, dia juga green flag parah. Dia satu-satunya orang yang tetap mau menerima Gervaise, nggak peduli seberapa terpuruknya dia. Namun sayangnya, Goujet dan Gervaise nggak pernah bersatu.
Oh ya, Nana sendiri adalah anak dari Gervaise dan Coupeau. Dia ini ceritanya yang bandel dan genit. Karena nggak tahan sama keadaan rumah tangga orang tuanya yang kacau-balau, dia akhirnya minggat dari rumah.
Ya, sekian review dari gue. Buat kalian yang mau baca, buku ini bisa dibaca gratis di aplikasi iPusnas. Atau kalau males baca di iPusnas karena UI/UX-nya jelek, kalian bisa langganan Gramedia Digital atau beli buku fisiknya aja. Terima kasih sudah membaca!
⭐ - 5/5
Komentar
Posting Komentar