Pelajaran dari Kesendirian
Aku baru saja membaca sebuah artikel di BBC yang bertajuk “’Humans need solitude’: How being alone can make you happier.” Artikel itu menjelaskan tentang pergeseran gaya hidup di kalangan Generasi Z dan Milenial di UK. Menurut artikel itu, para Gen Z dan Milenial di UK banyak yang tidak berminat untuk menikah atau menjalani hubungan romantis, dan lebih memilih untuk menikmati hidup dengan menjadi single. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa menikah adalah sebuah tradisi kuno, dan menikah juga bukan satu-satunya cara menjalani hidup. Dengan menjadi single dan menikmati kesendirian, para Gen Z dan Millenial di UK ini juga merasa lebih bisa mencintai diri sendiri dan bisa memaksimalkan potensi dirinya.
Aku setuju banget sih dengan apa yang ada di artikel itu. Sometimes, kita memang butuh sendirian untuk menyegarkan pikiran, melatih keberanian, dan membangkitkan kreativitas di dalam otak kita. Ada banyak benefit yang bisa didapatkan kalau kita bisa menjalani kesendirian secara sukarela. Sebagai orang yang introvert, aku bisa mengatakan bahwa aku bisa relate dengan pembahasan di dalam artikel itu. Terkadang, terlalu banyak menghabiskan waktu bersama teman justru membuatku kelelahan dan akhirnya berujung jadi membuang-buang waktu. Karena itu, aku perlu waktu untuk menghabiskan waktu dengan sendirian untuk menyegarkan pikiran dan mengembalikan energi.
Masalahnya, aku ini jomblo karatan. Selama hampir dua puluh tahun hidup di dunia ini, belum pernah ada cowok yang suka sama aku. Jangankan suka, ada cowok yang dekat aja nggak pernah. Meskipun aku memang bisa menikmati kesendirian, kadang, aku juga merasa bahwa aku menjalaninya secara terpaksa. Aku mau jalan-jalan berdua bareng pacar. Aku mau nongkrong bareng pacar dan ngobrol ngalur-ngidul selama berjam-jam. Tapi masalahnya, aku jomblo karatan. Nggak ada orang yang mau jadi pacar aku. Sampai-sampai, kegiatan yang lazimnya dilakukan orang-orang bareng pacarnya, aku lakukan sendirian.
Terkadang, waktu bergadang sampai tengah malam, aku merenung, kenapa ya kayaknya cuma aku di dunia ini yang nggak punya pacar? Apakah aku sejelek itu sampai-sampai nggak ada yang naksir? Atau… apakah kepribadianku sangat jelek sampai-sampai nggak ada orang yang betah jadi pacar aku?
Kenyataan dan kegalauan ini, sempat membuatku stres selama bertahun-tahun di masa remajaku. Melihat anak-anak seuisiaku menjalani hidup yang menyenangkan bareng pacar mereka seringkali bikin aku merasa iri setengah mati. Duh, kayaknya enak banget ya, kemana-mana ada yang nemenin. Seru banget ya, jalan-jalan ke mall atau café bareng pacar. So sweet banget deh. Sedangkan aku cuma bisa jalan-jalan sendiri sambil membayangkan kalau sekarang aku lagi jalan bareng crush aku yang nggak pernah melirik aku itu…
Well, karena nggak ada orang yang jadi pacar
aku, karena itu aku berusaha untuk menjadi teman baik bagi diriku sendiri.
Selama merantau di Pontianak, aku beranikan diri untuk pergi ke tempat-tempat
yang sebelumnya nggak pernah aku kunjungi tanpa ditemani siapapun, kayak mall, café,
dan bioskop.
Di tempat-tempat itu, aku banyak bertemu dengan sepasang muda-mudi yang tengah menikmati sensasi dimabuk asmara. Yah, aku tentunya merasa iri sih. Tapi, kalau dipikir-pikir, aku juga hebat kok. Aku ada di kota yang asing bagiku, di tempat-tempat yang asing pula karena memang nggak pernah aku datangi selama aku masih tinggal di kampung halamanku (karena di kampung halamanku memang nggak ada mall dan bioskop lol), tanpa menggantungkan diri pada someone’s companion. It is something challenging, dan aku bisa menjalaninya, meskipun ada satu atau dua kejadian yang memalukan awokaowok.
Kejadian-kejadian memalukan yang aku alami adalah hal yang wajar, mengingat aku memang nggak familiar dengan tempat itu. Karena itulah, demi kejadian serupa nggak terulang, aku mengalisis apa saja yang menyebabkan aku mengalami kejadian itu dan mencari tahu bagaimana cara mengatasinya. Seperti, saat aku salah masuk ke jalur mobil di waktu mau masuk ke mall. Hal itu kan bisa terjadi karena aku nggak familiar dengan konsep jalur masuk ke mall yang ternyata dibedakan antara mobil dan motor. Karena itulah, saat mau mencoba pergi ke mall lain, aku mencari tahu di internet, mana jalan masuk untuk motor, biar aku nggak nyasar ke jalan masuk untuk mobil.
Nah, karena selalu kemana-mana sendirian itulah, aku jadi rajin untuk riset dulu tempat yang aku ingin kunjungi dan mencoba untuk memperkirakan, apa kejadian memalukan yang akan aku alami di sana, sehingga aku bisa riset di internet untuk mencegah hal itu terjadi. Puncaknya, saat aku pertama kali nonton ke bioskop, dan aku ke sana sendirian, tidak ada satupun hal memalukan yang terjadi. Saat keluar dari studio setelah film selesai diputar dan menyadari bahwa aku nggak melakukan satu hal pun yang malu-maluin, aku jadi bangga sama diriku sendiri. Well, jadi jomblo karatan ternyata not that bad. Coba aja kalau aku kemana-mana selalu bareng pacar, pasti aku nggak akan mendapat pelajaran berharga seperti ini.
Tapi ya, tetap aja, aku masih berharap kalau someday, aku bakal dapet pacar. Soalnya, aku juga mau ngerasain gimana sih rasanya jalan berduaan. Awokawokawok.
Komentar
Posting Komentar